Rabu, 12 September 2007

Sejarah yang Terlupakan: Oaxaca

Sejarah yang Terlupakan: Oaxaca

Oleh RIkki RIkardo

Sejalan dengan maraknya popularitas para politisi Kiri di Amerika Latin, terhitung dari Venezuela, Bolivia, Chili, Equator dan beberapa negara lainnya, sebuah insurgensi berlangsung di sebuah negara bagian di Meksiko, Oaxaca. Sebuah insurgensi akar rumput yang sayangnya justru seakan terlupakan di tengah hingar bingarnya perayaan ‘kemenangan’ elit-elit Kiri Amerika Latin yang kini berkuasa. Terlepas dari apakah insurgensi tersebut dapat dikategorikan sebagai aksi para Marxis atau bukan, para penduduk Oaxaca atau Oaxaqueňos telah mematerialkan tatanan masyarakat masa depan dengan menduduki gedung-gedung pusat pemerintahan serta mentransformasikannya menjadi pusat-pusat layanan fasilitas sosial, mengambil alih alat-alat produksi serta mengoperasikannya di bawah kontrol para pekerjanya sendiri—ingat kediktatoran proletariat dalam terminologi non-Leninis? Juga mengingat bahwa di Indonesia, kabar-kabar dari Amerika Latin yang hadir sedikit banyak terasa mendiskriminasikan gerakan-gerakan akar rumput (“Sejarah umat manusia adalah sejarah orang-orang besar”—saat orang-orang ‘besar’ melakukan aksinya semua mata memandang, tapi kala kalangan akar rumput bergerak walaupun mereka telah berhasil menendang para birokrat, elit politik, reformis, menguasai satu kota yang beroperasi di bawah kekuasaan mereka, nyaris semua orang tak peduli), maka di bawah ini, dipaparkan sedikit tentang kronologi singkat insurgensi yang belum selesai tersebut.

Desember 2004—Ulises Ruiz Ortiz menjadi gubernur Oaxaca pasca meluasnya protes yang mengatakan bahwa pemilihan tersebut palsu. Ia adalah anggota PRI, partai yang mendukung dominasi pemerintahan totaliter Meksiko semenjak lama.

22 Mei 2006—Para guru di Oaxaca melakukan pemogokan menuntut dibangunnya lebih banyak lagi sekolah dan pelengkapan fasilitasnya, khususnya di daerah-daerah miskin dan komunitas masyarakat adat. Merujuk pada organisasi hak asasi manusia, sekitar 80 persen Oaxaqueňos hidup di bawah garis kemiskinan yang amat parah. Para guru tersebut membangun tenda-tenda di balai kota, menduduki gedung-gedung publik dan mengorganisir beberapa demonstrasi yang masif.

14 Juni 2006—3000 orang polisi menyerang tenda-tenda guru tersebut, membunuh setidaknya 8 orang, “menghilangkan” banyak lainnya serta melukai ratusan orang. Dalam beberapa jam selanjutnya, para guru yang didukung oleh publik Oaxaca menyerang balik polisi dan berhasil mengambil alih kontrol atas balai kota.

16 Juni 2006—400.000 orang melakukan march berdemonstrasi mendukung para guru. Para guru menduduki tujuh balaikota sepanjang negara bagian Oaxaca, sementara para mahasiswa di Benito Juarez Autonomous University of Oaxaca menduduki stasiun radio kampus sebagai dukungan atas aksi para guru tersebut. Para guru tersebut juga menginisiasikan pembentukan Popular Assembly of the People of Oaxaca (APPO) bersama lebih dari 200 grup otonom lainnya, untuk membuat jaringan koordinasi perlawanan dan sekaligus membentuk badan-badan sosial yang akan mendukung kebutuhan hidup harian komunitas-komunitas di Oaxaca. Mereka menuntut Ulises untuk mundur.

1 Agustus 2006—Grup-grup perempuan mengambil alih stasiun TV Channel 9. Mereka menyiarkan film dokumenter dari even berdarah tanggal 14 Juni lalu, sementara media-media pemerintah lainnya menolak menyiarkan film tersebut.

10 Agustus 2006—Grup-grup paramiliter—yang disinyalir didanai oleh departemen kepolisian Oaxaca dan para politisi PRI—menembaki barisan demonstrasi, membunuh seorang guru bernama Jose Jiminez.

22 Agustus 2006—Paramiliter juga menyerang stasiun TV yang selama ini diduduki oleh grup perempuan. Sebagai responnya, penduduk setempat membangun barikade sepanjang Oaxaca dan malah menyulut pendudukan-pendudukan lain atas stasiun-stasiun radio swasta.

18 Oktober 2006—Seorang guru dan partisipan APPO, Pánfilo Hernández dibunuh. Banyak sisanya yang “dihilangkan”.

27 Oktober 2006—Paramiliter kini dipersenjatai dengan pistol dan senapan. Mereka menyerang barikade-barikade. Tetapi penduduk setempat berhasil bertahan dengan tongkat dan batu. Paramiliter tersebut menembak beberapa orang dan membunuh tiga di antaranya, termasuk seorang jurnalis Indymedia, Brad Will. Pembunuhnya, yang kebetulan tertangkap oleh kamera, adalah seorang opsir polisi dan dua orang anggota resmi PRI.

28 Oktober 2006—Pembunuhan Brad Will diekspos besar-besaran dan mulai meluas secara internasional semenjak Indymedia beroperasi secara internasional. Presiden Meksiko, Vincente Fox, mengirimkan 4000 polisi ke Oaxaca untuk “mengembalikan hukum”. Bersenjata lengkap, para polisi mengepung dan menginvasi kota, menembaki penduduk dengan gas air mata pada penduduk yang hanya bersenjatakan tongkat dan batu. Tak terhitung berapa banyak orang yang terluka, tertembak atau “dihilangkan”.

2 November 2006—Ribuan polisi dengan bantuan helikopter dan mobil lapis baja menyerang universitas untuk mengambil alih stasiun radio kampus yang terus menerus menyiarkan laporan mengenai perkembangan insurgensi, stasiun radio kampus yang walaupun awalnya diduduki oleh para mahasiswa, lantas berkembang menjadi stasiun radio publik Oaxaca. Dalam waktu 7 jam pertempuran yang tak seimbang berlangsung, walaupun pada akhirnya penduduk lokal yang hanya bersenjatakan batu dan botol molotov berhasil mendorong para polisi keluar.

5 November 2006—Paramiliter terus menerus menembaki stasiun radio, menembak seorang anak muda tepat di dada. Segera, sekitar 10.000 Oaxaqueňos melakukan demonstrasi memprotes aksi tersebut. Kisah tersebut belumlah selesai. Tetapi perjuangan para penduduk Oaxaca bukanlah sekedar sebuah perjuangan permintaan pembangunan sekolah dan protes atas kemiskinan, melainkan sebuah aksi perjuangan demi harga diri manusia. Lantas apakah pantas kita hanya melongok dan menyoraki keberhasilan Chávez memenangkan suara terbanyak, betapa hebatnya Marcos dan Zapatistanya, tapi tak mengabaikan aksi mereka-mereka yang ‘tak bernama’ yang berjuang dan mati di jalan-jalan kumuh demi pembebasan diri mereka? Panjang umur Oaxaca, panjang umur perjuangan demi pembebasan umat manusia!

Tidak ada komentar: